BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Bakteri memiliki beberapa macam bentuk yaitu basil
(tongkat), coccus, dan spirilum. Bakteri yang berbentuk tongkat maupun kokus
dibagi menjadi beberapa macam. Pada bentuk basil pembagiannya yaitu basil
tunggal, diplobasil, dan tripobasil.Sedangkan pada coccus dibagi menjadi
monococcus, diplococcus, sampai stophylococcus. Khusus pada spirilum hanya
dibagi dua yaitu setengah melengkung dan melengkung.
Melihat dan mengamati bakteri dalam kedaan hidup
sangat sulit, karena selain bakteri itu tidak berwarna juga transparan dan
sangat kecil. Mikroorganisme
yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat yang khas,
begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan
kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan. Salah satu
cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi
ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi
untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel
bakteri melalui serangkaian pengecatan.
Prinsip dasar dari pewarnaan ini adalah adanya ikatan
ion antara komponen seluler dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarnaan
yang disebut kromogen. Terjadi ikatan ion karena adanya muatan listrik baik
pada komponen seluler maupun pada pewarnaan. Berdasarkan adanya muatan ini maka
dapat dibedakan pewarna asam dan pewarna basa. Teknik Pewarnaan bukan pekerjaan
yang sulit tapi perlu ketelitian dan kecermatan bekerja serta mengikuti aturan
dasar yang berlaku.
Setiap sel terdiri dari berbagai
bahan kimia. Setiap sel akan menunjukkan susunan kimiawi yang spesifik. Sebagai
contoh, bakteri Gram negatif memiliki lipopolisakarida dalam dinding selnya,
Sedangkan bakteri Gram positif tidak. Sebaliknya pada banyak bakteri Gram
positif terdapat asam teikoat. Bahan kimia ini tidak ditemukan pada gram
negatif. Karakteristik utamanya adalah tebalnya lapisan peptidoglikan pada
dinding sel. Akibatnya, pada saat prosedur pewarnaan Gram, meninggalkan warna
biru. Dinding sel Gram positif biasa ditemukan pada Actinobacteria dan Firmicutes. Tidak seperti
dinding sel Gram positif, dinding sel Gram negatif memiliki lapisan
peptidoglikan yang tipis. Hal ini menyebabkan lunturnya warna biru/merah muda
saat disiram etanol.
Uji biokimiawi bakteri adalah salah satu uji yang
dilakukan untuk mengidentifikasi jenis bakteri. Hal ini karena setiap jenis bakteri
memiliki sifat biokimia yang berbeda. Secara morfologis, biakan maupun sel
bakteri yang berbeda dapat tampak serupa. Karena itu ciri fisiologis atau
biokimiawi merupakan kriteria yang amat penting di dalam identifikasi spesimen
yang tidak dikenal. Tanpa hasil pengamatan fisiologis yang memadai mengenai
organisme yang diperiksa maka penentuan spesiesnya tidaklah mungkin dilakukan.
Manusia tidak dapat melihat dan mengidentifikasi bakteri tanpa diadakan
percobaan.
Sifat metabolisme bakteri dalam
uji biokimia biasanya dilihat dari interaksi metabolit-metabolit yang
dihasilkan dengan reagen-reagen kimia. Kemampuan bakteri menggunakan senyawa
tertentu sebagai sumber karbon dan sumber energiyang dapat digunakan untuk
identifikasi.Identifikasi Bakteri dapat dilakukan
dengan beberapa uji antara lain uji dalam melakukan fermentasi, uji
oksidase, produksi katalase, uji motilase dan uji oksidase.
Bakteri di alam memiliki karakteristik sifat yang
berbeda-beda. Bakteri ada yang bersifat motil, bereaksi dengan enzim katalase,
bersifat oksidatif maupun fermentatif dan lain sebagainya. Tiap bakteri juga
memiliki sifat kimiawi berbeda. Berdasar dari hal tersebut diatas, maka
diadakanlah praktikum “Uji Biokimiawi Bakteri” ini guna memberikan pemahaman
kepada kita tentang hal-hal yang berkaitan dengan sifat-sifat biokimiawi
bakteri serta menambah pengetahuan dan keterampilan kita dalam mengenal
karakter berbagai jenis bakteri.
1.2 Rumusan Masalah.
1.2.1 Identifikasi
Bakteri dengan Pewarnaan.
1. Apa saja
jenis-jenis pewarnaan pada kuman ?
2. Bagaimana
langkah-langkah pembuatan preparat oles dan teknik pewarnaan pada kuman ?
3. Apa
perbedaan dari bakteri gram negatif dengan bakteri gram positif ?
1.2.2 Morfologi Koloni dan Uji Biokimia
1.
Apa sifat morfologi yang ditunjukkan koloni kuman ?
1.3 Tujuan Praktikum
1.3.1 Identifikasi
Bakteri dengan Pewarnaan.
1.
Mahasiswa mengenal macam-macam pewarnaan pada kuman
2.
Mahasiswa dapat melakukan langkah-langkah pembuatan
preparat oles dan teknik pewarnaan pada kuman.
3.
Mahasiswa dapat mengetahui perbedaan bakteri gram
negatif dan bakteri gram positif.
1.3.2 Morfologi Koloni dan Uji Biokimia.
1. Mahasiswa
memahami sifat
morfologi yang ditunjukkan koloni kuman.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Pengenalan bentuk mikroba (morfologi), kecuali mikroalgae harus dilakukan
pewarnaan terlebih dahulu agar dapat diamati dengan jelas. Pada umumnya bakteri
bersifat tembus cahaya, hal ini disebabkan karena banyak bakteri yang tidak
mempunyai zat warna. Tujuan dari pewarnaan adalah untuk mempermudah pengamatan
bentuk sel bakteri, memperluas ukuran jazad, mengamati struktur dalam dan luar
sel bakteri, dan melihat reaksi jazad terhadap pewarna yang diberikan sehingga
sifat fisik atau kimia jazad dapat diketahui (Hadiutomo. 1990).
Metode pengecatan pertama kali ditemukan oleh Christian Gram pada tahun
1884. Dengan metode ini. Bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua yatu, bakteri
gram positif dan bakteri gram negative. Yang didasarkan dari reaksi atau sifat
bakteri terhadap cat tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut ditentukan
oleh komposisi dinding selnya sehingga pengecatan gram tidak bisa dilakukan
pada mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding sel seperti Mycoplasma sp (Waluyo,
2004).
Berhasil tidaknya suatu pewarnaan sangat ditentukan oleh waktu pemberian
warna dan umur biakan yang diwarnai (umur biakan yang baik adalah 24 jam :
Biakan muda). Bila digunakan biakan tua, terdapat kemungkinan penyimpanan hasil
pewarnaan gram. Pada biakan tua, banyak sel mengalami kerusakan pada
dinding-dinding selnya. Kerusakan pada dinding sel ini menyebabkan zat warna
dapat keluar sewaktu dicuci dengan larutan pemucat. Ini berarti bahwa bakteri
gram positif dengan dinding sel yang rusak tidak lagi dapat mempertahankan crystal
violet sehingga terlihat sebagai bakteri gram negatif. Umumnya zat warna yang
digunakan adalah garam-garam yang dibangun oleh ion-ion yang bermuatan positif
dan negatif dimana salah satu ion tersebut berwarna. Zat warna dikelompokkan
menjadi dua, yaitu zat pewarna yang bersifat asam dan basa. Jika ion yang
mengandung warna adalah ion positif maka zat warna tersebut disebut pewarna
basa. Dan bila ion yang mengandung warna adalah ion negatif maka zat warna
tersebut disebut pewarna negatif (Hadiutomo. 1990).
Zat
warna yang digunakan dalam pewarnaan bersifat basa dan asam. Pada zat warna
basa bagian yang berperan dalam memberikan warna disebut disebut kromofor dan
memiliki muatan positif. Sebaliknya, pada zat warna asam bagian yang berperan
memberikan zat warna mempunyai muatan negatif zat warna basa lebih banyak
digunakan karena muatan negatif banyak ditemukan di dinding sel, membran sel
dan sitoplasma, sewaktu proses pewarnaan muatan positif pada zat warna basa
akan berkaitan dengan muatan negatif dalam sel, sehingga mikroorganisme lebih
jelas terlihat (Dwidjoseputro.1998).
Zat
warna asam yang bermuatan negatif lazimnya tidak digunakan untuk mewarnai
mikroorganisme, namun biasanya dimanfaatkan untuk mewarnai latar belakang
sediaan pewarnaan. Zat warna asam yang bermuatan negatif ini tidak dapat
berkaitan dengan muatan negatif yang terdapat pada struktur sel. Kadangkala zat
warna negatif digunakan untuk mewarnai bagian sel yang bermuatan positif, perlu
diperhatikan bahwa muatan dan daya ikat zat warna terhadap struktur sel dapat
berubah bergantung pada pH sekitarnya sewaktu proses pewarnaan
(Dwidjoseputro.1998).
Prosedur pewarnaan yang menghasilkan pewarnaan
mikroorganisme disebut pewarnaan positif dalam prosedur pewarnaan ini dapat
digunakan zat warna basa yang yang bermuatan positif maupun zat warna asam yang
bermuatan negatif. Sebaliknya pada pewarnaan negatif latar belakang
disekeliling mikroorganisme diwarnai untuk meningkatkan kontras dengan
mikroorganisme yang tak berwarna. Pewarnaan mencakup penyiapan mikroorganisme
dengan melakukan preparat ulas (Dwidjoseputro.1998)
Sebelum dilakukan pewarnaan dibuat ulasan bakteri di
atas kaca objek. Ulasan ini kemudian difiksasi. Jumlah bakteri yang terdapat
pada ulasan haruslah cukup banyak sehingga dapat terlihat bentuk dan penataanya
sewaktu diamati. Kesalahan yang sering kali dibuat adalah menggunakan suspensi
bakteri yang terlalu padat terutama bila suspensi tersebut berasal dari bukan
media padat. Sebaliknya pada suatu suspensi bakteri bila terlalu encer, maka
akan diperoleh kesulitan sewaktu mencari bakteri pada preparatnya
(Sutedjo.1991).
Untuk pewarnaan yang mengamati morfologi sel
mikroorganisme maka seringkali setelah pembuatan preparat ulas dilakukan
fiksasi diikuti oleh pewarnaan. Fiksasi dapat dilakukan dengan cara melewatkan
preparat diatas api atau merendamnya dengan metanol. Fiksasi digunakan untuk :
1. Mengamati bakteri
oleh karena sel bakteri lebih jelas terlihat setelah diwarnai
2. Melekatkan bakteri
pada glass objek
3. Mematikan bakteri
Pada pewarnaan sederhana hanya digunakan satu macam
zat warna untuk meningkatkan kontras antara mikroorganisme dan sekelilingnya.
Lazim, prosedur pewarnaan ini menggunakan zat warna basa seperti crystal
violet, biru metilen, karbol fuchsin basa, safranin atau hijau malakit. Kadang
kala digunakan zat warna negatif untuk pewarnaan sederhana : zat warna asam
yang sering digunakan adalah nigrosin dan merah kongo. Prosedur Pewarnaan
sederhana mudah dan cepat, sehingga pewarnaan ini sering digunakan untuk
melihat bentuk ukuran dan penataan pada mikoorganisme bakteri pada bakteri
dikenal bentu yang bulat (coccus), batang (basil), dan spiral. Dengan pewarnaan
sederhana dapat juga terlihat penataan bakteri. Pada coccus dapat terlihat pewarnaan
seperti rantai (stertococcus), buah anggur ( staphylococcus), pasangan
(diplococcus), bentuk kubus yang terdiri dari 4 atau 8 (saranae) (Lay.1994).
Beberapa mikroba sulit diwarnai dengan zat warna yang
bersifat basa, tetapi mudah dilihat dengan pewarnaan negatif, pada metode ini
mikroba dicampur dengan tinta cina atau nigrosin, kemudian digesekkan diatas
kaca objek.Zat warna tidak akan mewarnai bakteri, akan tetapi mewarnai
lingkungan sekitar bakteri. Dengan mikroskop mikroba akan terlihat tidak berwarna
dengan latar belakang hitam (Lay.1994).
Sel
terdiri dari berbagai bahan kimia. Bila sel mikroba diberi perlakuan kimiawi,
maka sel ini memperlihatkan susunan kimiawi yang spesifik. Sifat kimiawi
pada susunan sel bakteri, mencakup kepada :
1. Membran Sel Prokariotik
Pada beberapa bakteri, membran mengelilingi sitoplasma
tanpa menunjukkan adanya lipatan. Membran pada bakteri lain mengalami pelipatan
ke dalam yang disebut mesosom. Pada
bakteri fotosintetik, klorofil tidak terdapat dalam suatu kloroplas, melainkan
terdapat dalam membran yang sangat berlipat-lipat di dalam sel, yang disebut
membran tilakoid. Sistem fotosintetik pada bakteri disamping menggunakan
klorofil, juga karotenoid. Keduanya mengandung sistem transport elektron
yangmenghasilkan ATP pada proses fotosintesis.
2. Dinding Sel
Dinding sel bakteri bersifat agak elastis dan tidak
bersifat permeable terhadap garam dan senyawa tertentu dengan berat molekul
rendah. Secara normal konsentrasi garam dan gula yang menentukan tekanan
osmotik di dalam sel lebih tinggi daripada di luar sel. Apabila tekanan osmose
di luar sel naik, air sel akan mengalir keluar, protoplasma mengalami
pengkerutan, dan membran akan terlepas dari dinding sel. Proses ini disebut
dengan plasmolisis. Dinding sel
bakteri gram positif: Dinding sel bakteri gram positif terdiri 40 lapis rangka
dasar murein, meliputi 30-70 % berat kering dinding sel bakteri. Senyawa lain
penyusun dinding sel gram positif adalah polisakarida yang terikat secara
kovalen, dan asam teikoat yang sangat spesifik. Dinding sel bakteri gram
negatif: Dinding sel bakteri gram negatif hanya terdiri atas satu lapis rangka
dasar murein, dan hanya meliputi + 10% dari berat kering dinding sel. Murein
hanya mengandung diaminopemelat, dan tidak mengandung lisin. Di luar rangka
murein tersebut terdapat sejumlah besar lipoprotein, lipopolisakarida, dan
lipida jenis lain. Senyawa-senyawa ini merupakan 80 % penyusun dinding sel.
Asam teikoat tidak terdapat dalam dinding sel ini.
3. Flagel dan Pili
Flagel merupakan salah satu alat gerak bakteri. Letak
flagel dapat polar, bipolar, peritrik, maupun politrik. Flagel mengakibatkan
bakteri dapat bergerak berputar. Penyusun flagel adalah sub unit protein yang
disebut flagelin, yang mempunyai berat molekul rendah. Ukuran flagel
berdiameter 12-18 nm dan panjangnya lebih dari 20 nm. Pada beberapa bakteri,
permukaan selnya dikelilingi oleh puluhan sampai ratusan pili, dengan panjang
12 nm. Pili disebut juga sebagai fimbrae. Sex-pili berperan pada konjugasi sel.
Pada bakteri Escherichia coli strain K-12 hanya dijumpai 2 buah pili.
5. Kapsul dan Lendir
Beberapa bakteri mengakumulasi senyawa-senyawa yang
kaya akan air, sehingga membentuk suatu lapisan di permukaan luar selnya yang
disebut sebagai kapsul atau selubung berlendir. Fungsinya untuk kehidupan
bakteri tidak begitu esensial, namun menyebabkan timbulnya sifat virulen
terhadap inangnya. Keberadaan kapsul mudah diketahui dengan metode pengecatan
negatif menggunakan tinta cina atau nigrosin. Kapsul akan tampak transparan
diantara latar belakang yang gelap. Pada umumnya penyusun utama kapsul adalah
polisakarida yang terdiri atas glukosa, gula amino, rhamnosa, serta asam
organik seperti asam piruvat dan asam asetat. Ada pula yang mengandung peptida,
seperti kapsul pada bakteri Bacillus sp. Lendir merupakan kapsul yang lebih
encer. Adakalanya kapsul bakteri dapat dipisahkan dengan metode penggojokan
kemudian diekstrak untuk menghasilkan lendir.
Selain
melalui struktur sel, kita juga dapat mengidentifikasi bakteri berdasarkan
sifat kimiawi melalui proses pewarnaan. Zat warna adalah senyawa kimia berupa
garam-garam yang salah satu ionnya berwarna. Garam terdiri dari ion bermuatan
positif dan ion bermuatan negatif. Senyawa-senyawa kimia ini berguna untuk
membedakan bakteri-bakteri karena reaksinya dengan sel bakeri akan memberikan
warna berbeda. Perbedaan inilah yang digunakan sebagai dasar pewarnaan bakteri.
Sel-sel warna dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu asam dan basa. Jika warna
terletak pada muatan positif dari zat warna, maka disebut zat warna basa. Jika
warna terdapat pada ion negatif, maka disebut zat warna asam. Contoh zat warna
basa adalah methylen blue, safranin, netral red, dan lain-lain. Sedangkan anionnya
pada umumnya adalah Cl-, SO4 -, CH3COO-, COOHCOO. Zat warna asam umumnya
mempunyai sifat dapat bersenyawa lebih cepat dengan bagian sitoplasma sel
sedangkan zat warna basa mudah bereaksi dengan bagian-bagian inti sel.
Pewarnaan bakteri dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti : fiksasi, peluntur
warna, substrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup. Pada
bakteri gram positif menunjukkan warna biru ungu dan bakteri gram negatif
berwarna merah.
Sekali sitoplasma terwarnai, maka sel-sel organisme
seperti mikobakteri menahan zat warna tersebut dengan erat, artinya tidak
terpucatkan sekalipun oleh zat yang bersifat keras seperti asam alkohol (yaitu
3% HCL dalam etanol 95%). Alkohol asam ini merupakan pemucat yang sangat
intensif dan jangan dikelirukan dengan alkohol-aseton yang banyak digunakan
dalam prosedur pewarnaan Gram. Kondisi pewarnaan ini, organisme yang dapat
menahan zat warna itu dikatakan tahan asam dan tampak merah. Bakteri biasa yang
dindingnya tidak bersifat terlampau lipoidal, pewarna karbol fuksin yang
mewarnai sel dapat dengan mudah dipucatkan oleh alkohol-asam dan karenanya
dikatakan tak tahan asam. Tercucinya karbol fuksin dapat diperagakan oleh
terserapnya pewarna tandingan biru metilen oleh sel, sehingga bakteri tersebut tampak
biru (Hadioetomo, 1993).
Berikut adalah pengujian
yang dapat dilakukan kepada bakteri :
1. Uji Biokimia
a. Uji oksidasi fermentasi
Uji
oksidatif- fermantatif digunakan untuk menguji metabolisme bakterioksidatif
atau fermentatif. Proses oksidasi terjadi didalam tabung oleh organismeaerob
dan proses fermentasi oleh organisme anaerob. Proses fermentasi glukosa akan
diubah menjadi glukosa G-Phospat yang kemudian dirombak menjadi asam piruvat
dan oksidase akan merubah glukosa menjadi asam piruvat
b. Uji motilitas
Motilitas bakteri adalah suatu gerakan
bakteri yang disebabkan adanya gerak aktif dan pasif. Gerak aktif adalah gerakan bakteri yang disebabkan karena bakteri
memiliki flagel. Gerak pasif
disebabkan karena faktor dari luar (gerak brown). Gerak brown adalah suatu gerakan yang dapat
menggetarkan partikel-partikel secara acak atau terarah karena terus-menerus
terkena pukulan molekul-molekul kecil yang tak terlihat yang terdapat dalam
cairan.Motilitas dapat diamati dengan baik pada biakan yang masih baru. Pada
biakan yang sudah lama,bakteri sudah mati, sehingga sangat sukar untuk
mendapatkan sel yang motil, selain itu produksi asam dan produk yang bersifat
racun dapat menyebabkan hilangnya motalitas sel bakteri pada biakan (Volk,
1988).
Menurut Taringan (1988) beberapa
bakteri dapat melakukan gerakan meluncur yang sangat mulus yang hanya terjadi
kalau persentuhan dengan benda padat. Kebanyakan bakteri yang motil dapat
mendekati atau menjauhi berbagai senyawa kimia yang disebut kemotaksis.
c. Uji katalase
Uji katalase digunakan untuk mengetahui aktivitas katalase pada bakteri
yang diuji. Kebanyakan bakteri memproduksi enzim katalase yang dapat memecah H2O2
menjadi H2O dan O2. Enzim katalase diduga penting untuk pertumbuhan aerobik
karena H2O2 yang dibentuk dengan pertolongan berbagai
enzim pernafasan bersifat racun terhadap sel mikroba.
2. Hidrogen peroksida dan paraffin
Hidrogen
peroksida dengan rumus kimia H2O2 ditemukan oleh Louis
Jacques Thenard di tahun 1818. Senyawa ini merupakan bahan kimia anorganik yang
memiliki sifat oksidator kuat. Bahan baku pembuatan hidrogen peroksida adalah
gas hidrogen (H2) dan gas oksigen (O2). Teknologi yang
banyak digunakan di dalam industri hidrogen peroksida adalah auto
oksidasi Anthraquinone. H2O2 tidak berwarna,
berbau khas agak keasaman, dan larut dengan baik dalam air. Dalam kondisi
normal (kondisi ambient), hidrogen peroksida sangat stabil dengan laju
dekomposisi kira-kira kurang dari 1% per tahun.
Mayoritas
pengunaan hidrogen peroksida adalah dengan memanfaatkan dan merekayasa reaksi
dekomposisinya, yang intinya menghasilkan oksigen. Pada tahap produksi hidrogen
peroksida, bahan stabilizer kimia biasanya ditambahkan dengan maksud
untuk menghambat laju dekomposisinya. Termasuk dekomposisi yang terjadi selama
produk hidrogen peroksida dalam penyimpanan. Selain menghasilkan oksigen,
reaksi dekomposisi hidrogen peroksida juga menghasilkan air (H2O)
dan panas. Reaksi dekomposisi eksotermis yang terjadi adalah sebagai berikut:
H2O2
----> H2O + 1/2O2 + 23.45 kcal/mol
Faktor-faktor yang mempengaruhi
reaksi dekomposisi hidrogen peroksida adalah:
o Bahan
organik tertentu, seperti alkohol dan bensin
o Katalis, seperti
Pd, Fe, Cu, Ni, Cr, Pb, Mn
o Temperatur,
laju reaksi dekomposisi hidrogen peroksida naik sebesar 2.2 x setiap kenaikan
10oC (dalam range temperatur 20-100oC)
o Permukaan
container yang tidak rata (active surface)
o Padatan yang
tersuspensi, seperti partikel debu atau pengotor lainnya
o Makin tinggi
pH (makin basa) laju dekomposisi semakin tinggi
o Radiasi,
terutama radiasi dari sinar dengan panjang gelombang yang pendek
Hidrogen peroksida bisa digunakan
sebagai zat pengelantang atau bleaching agent pada industri pulp,
kertas, dan tekstil. Senyawa ini juga biasa dipakai pada proses pengolahan
limbah cair, industri kimia, pembuatan deterjen, makanan dan minuman, medis,
serta industri elektronika (pembuatan PCB).
Parafin, merupakan hidrokarbon
jenuh dengan rantai terbuka dan merupakan senyawa alkana. Parafin adalah
campuran senyawa hidrokarbon alkana yang mengandung 21-50 atom karbon. Ketika
pemisahan residu minyak bumi, jumlah atom karbon pada lilin parafin berkisar
40-50 atom. Komposisi dari setiap anggota senyawa alkana tersebut menyesuaikan
dengan rumus CnH2n+2, yang mana n adalah jumlah atom
karbon dalam molekul. Di antara anggota dari senyawa yaitu metana (CH4);
etana (C2H6); propana, (C3H8); dan
butana, (C4H10).
Seluruh anggota senyawa
alkana adalah anreaktif; yaitu, mereka tidak bereaksi siap pada
temperatur biasa dengan seberapa bahan reaksi seperti asam, alkali, atau
pembuat proses oksidasi. Pertama, empat anggota senyawa memasang gas pada
temperatur dan tekanan biasa; anggota intermediate (setara) adalah
mencairkan; dan anggota lebih berat adalah semipadat atau padat.
Petroleum mengandung sekumpulan variasi hidrokarbon dan beberapa produk
petroleum seperti bensin, minyak tanah, minyak bakar berat, minyak pelumas,
vaselin, dan parafin berisi terutama dari campuran hidrokarbon parafin, yang
terbentang dari anggota cair yang lebih ringan ke anggota yang padat. Parafin adalah suatu campuran dari
hidrokarbon yang dipenuhi massa molekular yang tinggi, diproduksi selama
penyulingan dari minyak/petroleum.
Bakteri memiliki
sifat-sifat yang berbeda satu sama lain, berikut ini akan dijelaskan
sifat-sifat dari bakteri :
1. Bakteri
Fototrofik
Bakteri ini dicirikan memiliki Bacterioklorofil, sehingga dapat melakukan
fotosintesis. Bentuk : bulat, batang, vibrio atau spiral. Gram negative.
Reproduksinya dg pembelahan biner. Bergerak dengan flagella atau non motil.
Habitat lingkungan aquatic.
2. Bakteri Luncur
Kelompok ini diwakili oleh beberapa tipe yang tidak umum. Myxobacteriales
(miksobacter) menghasilkan apa yang disebut tubuh buah terdiri dari lendir dan
sel. Sel individu dapat meluncur pada permukaan padat tetapi tidak punya
flagella. Contoh lain Cytophagales, memperlihatkan gerakan meluncur.Bentuk:
batang, bola atau filament. Gram negative. Sel-sel dapat terbenam dalam lendir.
Habitat: tanah, sisa bahan tumbuhan membusuk, lingkungan aquatic.
3. Bakteri Berselongsong
Sel terbungkus dalam selongsong yang terbuat dari deposit senyawa, senyawa
besi dan mangan yang tak larut. Bentuk: batang atau seperti filament. Gram
negative. Bergerak dengan flagella atau non motil.Beberapa membentuk pelekap
/dasar penghisap untuk menempelkan diri pada permukaan. Habitat lingkungan
aquatic dan lumpur.
4. Bakteri Kuncup dan atau
Berapendiks
Sel
dengan prosteka atau pelekap. Reproduksi dengan berkuncup atau membelah. Bentuk
sel: bola, oval, batang dengan ujung meruncing, beberapa menunjukkan
pertumbuhan sepertii hifa. Motil karena flagella kutub atau non motil. Habitat:
tanah dan lingkungan aquatic.
5. Spiroket
Sel
langsing lentur berpilin (dinding tak kaku). Banyak spesies gram negative.
Perbanyakan dengan Pembelahan melintang. Motil karena rotasi cepat sepanjang
sumbu panjang spiralnya ataupun karena lenturan sel-selnya, gerak obeng.
Habitat: Saprofit: tanah, lingk. Aquatic sedang yang parasit hidup di jaringan
atau organ vascular pada tubuh termasuk daerah genital dan system saraf pusat
pada manusia dan hewan. Contoh: Treponema pallidum penyebab penyakit
sifilis.
6. Bakteri Spiral dan Lengkung
Bentuk
batang berpilin( coma) beberapa dengan satu atau lebih putaran lengkap
(dinding sel kaku). Gram negative. Motil karena ada flagella. Habitat: saprofit
di lingkungan aquatic, dan yang parasit hidup di organ reproduktif, saluran
pencernaan dan mulut hewan termasuk manusia. Contoh: Campylobacter fetus
7. Bakteri Batang dan Kokus Aerobik
Gram Negatif
Sel
bentuk batang, lonjong, bola, dimensi khas untuk bakteri yaitu 0,5-1,0
µm. Motil karena berflagela, atau nonmotil. Gram negative. Aerobic. Ciri-ciri
metabolic khusus pada berbagai spesies; beberapa dapat menambat nitrogen dari
udara; beberapa dapat mengoksidasi senyawa-senyawa berkarbon satu, misalnya
metan atau methanol; beberapa dapat menghancurkan berbagai macam senyawa.
Habitat: Saprofit di tanah dan lingkungan aquatic, air asin, sedangkan
yang parasit bersifat pathogen pada hewan dan manusia, contoh: Brucella
dapat menyebabkan keguguran pada hewan dan dapat menginfeksi manusia. Francisella
tularensis penyebab penyakit tularemia (demam kelinci) dapat menular ke
manusia melalui luka iris atau tergores.
8. Bakteri Batang anaerobik
fakultatif gram negatif
Sel
batang pendek ( 0,5-1,0 x 1,0-3,0 µm). Motil: selnya peritrikus (E. coli) dan
nonmotil. Anaerobic fakultatif. Gram negative. Habitat: Saprofit di lingkungan
aquatic, tanah, makanan, parasit bersifat pathogen terutama di saluran
pencernaan makanan dan terbawa keluar melalui faeses dan atau urine. Contoh: Escherichia
coli, shigella spp., Salmonella spp., Yersinia pestis, Vibrio cholera
9. Bakteri gram negatif anaerobik
Sel
bentuk batang lurus atau lengkung, kadang memperlihatkan sifat pleomorfik (
adanya berbagai bentuk dalam spsies yang sama). Motil selnya peritriks atau
monotrik, dan beberapa spesies nonmotil. Ciri biokimiawi banyak sekali produk
yang dihasilkan dari fermentasi glukosa. Anaerob obligat. Habitat: rongga
alamiah pada manusia dan hewan, dan saluran pencernaan serangga. Contoh: Bacteriodes,
Fusobacterium
10. Bakteri Kokus dan Kokobasillus
gram negatif
Sel
kokus berpasangan (diplokokus) dan dalam massa, beberapa kokobasil (batang
pendek) terdapat tunggal atau berpasangan. Nonmotil, Gram negative. Aerobic.
Ciri biokimiawi berkemampuan
terbatas untuk merombak berbagai senyawa (kh, protein dll).
Habitat di selaput lendir manusia
dan hewan, kadang bersifat pathogen. Contoh: Neisseria gonorhoeae, N.
meningitidis, Moraxella .
11. Bakteri Kokus anaerobik
gram negatif
Penetapan
kelompok ini berdasarkan ciri-ciri biokimiawi biakan. Sel ada yang sangat kecil
(0,3-0,5µm) sampai sel bulat yang besar (2,5µm) berpasangan (dlm massa) atau
rantai. Nonmotil. Anaerobic. Ciri biokimiawi merombak kh dan as. Lemak. Habitat
dianggap parasit di saluran pernafasan dan pencernaan manusia dan hewan, tapi
tidak pathogen. Contoh: Veillonella, Megasphaera.
12. Bakteri gram negatif
kemolitotrofik
Kelompok
ini berkemampuan untuk menghasilkan energy dari oksidasi zat-zat kimia
anorganik (kemolitotrofik). Morfologi sel beragam: bulat, batang, spiral,
membrane berlapis banyak pada beberapa spesies, bakteri pengoksidasi belerang
dapat menyimpan butir-butir belerang. Motil karena berflagela atau nonmotil.
Gram negative, habitat: tanah, limbah , lingkungan aquatic, lingkungan alamiah
yang banyak mengandung belerang, besi atau mangan, misalnya air tambang asam
dan sumber air panas belerang. Contoh: Nitrobacter, Nitrococcus,
Nitrosobolus dan Thiospira.
13. Bakteri penghasil metan
Ciri
kelompok ini kemampuannya menghasilkan metan, yaitu gas yang dibentuk dalam
keadaan anaerobic. Morfologi sel: bola, batang dan spiral. Motil karena
flagella kutub atau nonmotil. Gram negative atau gram positif. Anaerobic.
Beberapa spesies termofilik. Habitat: saluran gastrointestinal pada binatang,
endapan pada lingkungan aquatic dan limbah. Contoh: Methanobacterium
thermoauto-trophicus, M. ruminantium, Methanospirillum, Methanosacina barkeri.
14. Bakteri
Kokus gram positif
Kelompok
ini banyak spesies patogenik penting bagi manusia dan hewan. Sel bentuk kokus
tunggal, berpasangan dalam rantai, paket atau gerombol. Nonmotil. Gram
positif. Anaerobic fakultatif atau mikroaerofilik. Heterotrofik dengan
persyaratan nutrient luas. Habitat: tanah, air tawar, kulit dan selaput lender
pada binatang berdarahpanas termasuk manusia. Contoh: Sarcina,
Streptococcus, Leuconostoc, Staphylococcus.
15. Bakteri Batang dan Kokus
pembentuk endospora
Ciri
pembeda kelompok ini adalah kemampuannya membentuk endospora. Kebanyakan
spesies berbentuk batang, ada yang bulat dalam bentuk paket. Beberapa bersifat
aerobic (genus Bacillus) dan yang lain anaerobic (genus Clostridium). Motil krn
flagel atau nonmotil. Aerobik, anaerobic
fakultatif, anaerobic atau mikroaerofilik. Habitat: tanah, air, lingkungan
aquatic, saluran pencernaan (termasuk manusia. Contoh: Clostridium,
Bacillus, Sporosarcina.
16. Bakteri gram negatif berbentuk
batang tak membentuk endospora
Kelompok
ini hampir semua adalah Lactobacillus.
Bentuk sel batang tunggal atau rantai. Nonmotil. Gram positif. Anaerobic atau
anaerobic fakultatif. Ciri metabolic: asam laktat merupakan produk akhir
fermentasi. Habitat: produk persusuan, daging dan butiran (Grain), air, limbah,
serta produk fermentasi, rongga mulut, vagina, serta saluran pencernaan makanan
hewan (termasuk manusia).
17. Aktinomisetes & organisme
sekerabat
Ciri
pemersatu ialah pleomorfisme sel-selnya dan kecenderungan membentuk filament
bercabang. Bentuk batang tak beraturan , filament. Nonmotil. Gram positif.
Aerobic, anaerobic fakultatif atau anaerobic. Habitat: tanah, lingkungan
aquatic, air, dan hewan (termasuk manusia). Contoh: Corynebacterium
diphtheria, Mycobacterium tubercolosis, Actinomyces israelli (penyebab peny.
Aktinomikosis dsb Peny. Lumpy jaw/kaki gajah)
18. Riketsia
Morfologi
sel: batang pendek, atau lonjong, kadang pleomorfik, ukuran lebar 0,3-0,7 µm;
panjang 1,0-2,0 µm, beberapa membentuk tubuh kokoid yang berkembang menjadi
tubuh buah. Gram negative. Nonmotil. Parasit obligat intraseluser pada
arthopoda penghisap darah spt: caplak, kutu dan tungau. Habitat: serangga
pembawa, burung, dan mammalia termasuk manusia. Contoh: Chlamydia
penyebab penyakit trakoma, limfogranuloma venereum, uretritis, psitakosis,
ornitosis. Riketsia penyebab demam tipus, demam bercak, Rocky mountain, tifus
“scrub” dan demam Q.
19. Mikoplasma
Ciri
khususnya adalah tidak adanya dinding sel sejati, terdapat membrane sel
berlapis tiga tidak mengandung satuan structural asam muramat dan asam
diaminopimelat yang memberikan kekakuan pada dinding sel. Sehingga sangat
pleomorfik. Biasanya nonmotil. Gram negative. Anaerobic fakultatif. Habitat:
selaput lendir saluran pernafasan dan saluran alat kelamin bawah. Contoh Mycoplasma
pneumonia.
BAB III
METODE KERJA
3.1 Alat-Alat
Laboratorium
1. Alat-alat gelas atau kaca
a. Tabung
reaksi
b. Erlenmeyer
c. Gelas ukur
d. Pipet
e. Cawan
petri
f. Kaca
Objek
2. Alat-alat berbahan porselen
3. Alat-alat berbahan silika
4. Alat-alat dari logam
5. Alat-alat dari plastik atau
karet
6. Alat-alat instrumen
a. Neraca
analitik
b. pH meter
c. Mikroskop
d. Alat-alat
sterilisasi
• Autoclave
• Oven
f. Automatic Colony Counter
g. Inkubator
h. Laminar Air Flow Cabinet
7. Bahan-bahan :
a. Isopropil
alkohol 95 %
b. Inokulum
bakteri
c. Zat
warna biru metilen
d. Zat
warna karbol fuksin
e. Kristal
ungu
f. Larutan
iodium gram
g. Etanol
95 %
h. Pewarna
safranin
i. Medium
nutrien cair
j. Larutan
H2O2
.
3.2 Metode kerja
3.2.1 Indentifikasi
Bakteri dengan Pewarnaan
1. Pembuatan
Preparat Oles
Bersihkan
kaca objek sehingga bebas dari lemak dan kotoran
|
Teteskan
beberapa tetes isopropil alkohol 95 % pada kedua permukaan kaca objek dan
keringkan dengan lap kertas.
|
Buatlah
lingkaran ditengah-tengah permukaan bawah kaca objek. Hal ini untuk
membantu meletakkan olesan mikroba dengan tepat.
|
Ambil inokulum bakteri dan sebarkan
olesan tersebut hingga merata.
|
Biarkan olesan tersebut kering udara
hingga betul-betul kering.
|
Lakukan fiksasi panas dengan
melayangkan kaca objek di atas panas api.
|
2. Pewarnaan
Sederhana
Siapkan
preparat olesan bakteri B. subtilis dan E. coli yang telah
difiksasi panas dimanadibuat 2 preparat untuk tiap bakteri.
|
Letakkan
kaca objek di atas bak pewarnaan dan genangi olesan tersebut dengan zat
warnabiru metilen untuk preparat pertama dan zat warna karbol fuksin untuk
preparat kedua.
|
Biarkan
terwarnai biru metilen selama 1-2 menit atau selama 15-30 detik untuk
pewarnaandengan karbol fuksin.
|
Peganglah
kaca objek dengan penjepit dan miringkan kemudian bilas dengan air
hinggazat warna hilang atau sedikit sekali.
|
Keringkan
air pada permukaan preparat dengan kertas serap.
|
Amati morfologi spesien pada
masing-masing preparat di bawah mikroskop.
|
3. Pewarnaan
Gram
Buat
preparat oles dari bakteri E. coli dan S. aureus.
|
Beri
kristal ungu selama 1 menit.
|
Buang
kelebihan kristal ungu dengan memiringkan kaca objek di atas bak pewarna
|
Bilas dengan air menggunakan botol
pijit.
|
Tiriskan
kaca objek dan kembalikan ke atas rak pada bak pewarna.
|
Cuci
dengan etanol 95% setetes demi setetes selama 30 detik atau sampai zat ungu
kristal tidak tampak lagi mengalir dari kaca objek.
|
Beri
larutan iodium gram selama 2 menit.
|
Bilas dengan air memakai botol pijit.
|
Beri
safranin selama 30 detik.
|
Buang kelebihan safranin lalu bilas
dengan air.
|
Tiriskan
kaca objek dan serap kelebihan air dengan menekankan kertas serap diatasnya.
|
Amati di bawah mikroskop.
|
Cuci
dengan sir lalu tiriskan.
|
Beri
safranin selama 30 detik.
|
Buang kelebihan safranin lalu bilas
dengan air.
|
Tiriskan
kaca objek dan serap kelebihan air dengan menekankan kertas serap diatasnya.
|
Amati di bawah mikroskop.
|
3.2.2 Morfologi
Koloni dan Uji Biokimia
1.
Sifat
Morfologi Bakteri.
Gunakan
preparat hasil pewarnaan gram untuk bakteri E. coli dan S. aureus.
|
Perhatikan
gambaran mikroskopik morfologi kedua bakteri meliputi bentuk, ukuran,
tekstur, dan warna koloni.
|
2. Sifat Biokimia Bakteri
Menggunakan medium nutrien cair
dalam tabung smith
Inokulasikan
B. subtilis dan E. coli dalam tabung smith masing-masing
sebanyak 2
tabung
dan 1 tabung kontrol.
|
Inkubasikan pada suhu 37. selama 48
jam.
|
Pada tiap tabung tambahkan 1 ml H2O2
30% menggunakan pipet.
|
Biarkan
lartan H2O2 mengalir sendiri dan biarkan selama 1 jam
|
Amati gas yang terdapat pada tabung
yang tertutup.
|
Inokulasikan
B. subtilis dan E. coli dalam tabung smith masing-masing
sebanyak 2
tabung
dan 1 tabung kontrol.
|
Inkubasikan pada suhu 37. selama 48
jam.
|
Pada tiap tabung tambahkan 2-3 ml
H2O2 3% menggunakan pipet.
|
Biarkan larutan H2O2 mengalir sendiri
dan biarkan selama 1 jam.
|
Amati gas yang terdapat pada tabung
yang tertutup.
|
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
a. Pewarnaan GramBakteri St. aureus
Gambar diatas menunjukan gambar
hasil pewarnaan gram bakteri St. aureus
dibawah perbesaran mikroskop. Terlihat dari gambar warna keunguan yang
menandakan bahwa bakteri St. aureus
termasuk ke dalam golongan bakteri gram
positif, dengan morfologi bentuk
coccus (bundar).
b.
PewarnaanGram
Bakteri B. subtilus
Gambar diatas menunjukan gambar
hasil pewarnaan gram bakteri B. subtilus
dibawah perbesaran mikroskop. Terlihat dari gambar warna keunguan yang
menandakan bahwa bakteri B. subtilus
termasuk ke dalam golongan bakteri gram
positif, dengan morfologi bentuk basil
yang memanjang dan besar.
c. Pewarnaan Gram Bakteri E. coli
Gambar diatas menunjukan gambar
hasil pewarnaan gram bakteri E.coli
dibawah perbesaran mikroskop. Terlihat dari gambar warna merah yang menandakan
bahwa bakteri E.coli termasuk ke
dalam golongan bakteri gram negatif,
dengan morfologi bentuk basil yang
memanjang kurus dan kecil-kecil.
d.
Pewarnaan
Sederhana Bakteri St. aureus
Gambar diatas menunjukan gambar
hasil pewarnaan sederhana bakteri St.
aureus dibawah perbesaran mikroskop. Terlihat dari gambar, warna ungu yang
ditunjukkan untuk membantu melihat morfologi koloni maupun morfologi tunggal
dari bakteri St. aureusberbentuk
coccus.
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Identifikasi Bakteri dengan Pewarnaan.
5.1.1 Jenis-jenis pewarnaan pada kuman.
Pewarnaan
yang dilakukan pada kuman banyak ragam dan jenisnya. Selama ini dikenal lima
macam proses pewarnaan, yaitu sebagai berikut :
1. Pewarnaan
negative
- Bakteri tidak diwarnai, tapi mewarnai latar
belakang.
- Ditujukan untuk bakteri yang sulit diwarnai, seperti
spirochaeta.
Cara pewarnaan negatif :
Sediaan hapus → teteskan emersi → lihat dimikroskop
Metode ini
bukan untuk mewarnai bakteri tetapi mewarnai latar belakangnya menjadi hitam
gelap. Pada pewarnaan ini mikroorganisme kelihatan transparan (tembus pandang).
Teknik ini berguna untuk menentukan morfologi dan ukuran sel. Pada pewarnaan
ini olesan tidak mengalami pemanasan atau perlakuan yang keras dengan
bahan-bahan kimia, maka terjadinya penyusutan dan salah satu bentuk agar kurang
sehingga penentuan sel dapat diperoleh dengan lebih tepat. Metode ini
menggunakan cat nigrosin atau tinta cina.
2. Pewarnaan
sederhana
- Menggunakan satu macam zat warna (biru metilen/air
fukhsin)
- Tujuan hanya untuk melihat bentuk sel
Pewarnaan
sederhana, merupakan pewarna yang paling umum digunakan. Berbagai macam tipe
morfologi bakteri (kokus, basil, spirilum, dan sebagainya) dapat dibedakan
dengan menggunakan pewarna sederhana, yaitu mewarnai sel-sel bakteri hanya digunakan
satu macam zat warna saja. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan
pewarna-pewarna sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan
basa) sedangkan zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya
bersifat alkalin (komponen kromoforiknya bermuatan positif).
3. Pewarnaan Tahan Asam
Pewarnaan ini dilakukan pada
bakteri tahan asam dalam proses warna akibat Alkohol-asam, dan penggunaan
pembalik warna pada tahap akhir dari proses sehingga menghasilkan warna
merah.
4. Pewarnaan
structural / khusus
- Untuk mewarnai struktur khusus/tertentu dari
bakteri→ kapsul, spora, flagel dll
a. Pewarnaan
kapsul
Pewarnaan ini menggunakan larutan Kristal violet
panas, lalu larutan tembaga sulfat sebagai pembilasan menghasilkan warna biru
pucat pada kapsul, karena jika pembilasan dengan air dapat melarutkan kapsul.
Garam tembaga juga memberi warna pada latar belakang. Yang berwana biru gelap.
b. Pewarnaan
spora
Dinding spora relative tidak permeable, namun zat
warna bias menembusnya dengan cara memanaskan preparat.
c. Pewarnaan
flagel
Pewarnaan flagel dengan memberi suspense koloid garam
asam tanat yang tidak stabil, sehingga terbentuk presipitat tebal pada dinding
sel dan flagel.
d. Pewarnaan
nucleoid
Pewarnaan nucleoid menggunakan pewarna fuelgen yang
khusus untuk DNA.
5. Pewarnaan
diferensial
- Menggunakan
lebih dari satu macam zat warna
- Tujuan untuk membedakan
antar bakteri
- Contoh:
Pewarnaan Gram, Pewarnaan Bakteri Tahan Asam
Tujuan dari
pewarnaan adalah untuk memudahkan melihat bakteri dengan mikroskop, memperjelas
ukuran dan bentuk bakteri, untuk melihat struktur luar dan struktur dalam
bakteri seperti dinding sel dan vakuola, menghasilkan sifat-sifat fisik dan
kimia yang khas daripada bakteri dengan zat warna, serta meningkatkan kontras
mikroorganisme dengan sekitarnya.
5.1.2 Langkah-langkah Pembuatan Preparat Oles dan Teknik Pewarnaan
Pada Kuman.
Teknik
pewarnaan kuman yang kami lakukan pada praktikum ini adalah teknik pewarnaan
sederhana dan teknik pewarnaan gram. Untuk teknik pewarnaan sederhana bertujuan
untuk melihat morfologi dari bakteri, baik itu bentuk koloninya maupun bentuk individunya.
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan preparat olesan dari bakteri.
Preparat yang akan diolesi bakteri ini di fiksasi dulu sebanyak 3 kali dengan
api untuk menghilangkan kuman dan lemak di preparat baru kemudian di lap dengan
tissue. Bakteri yang digunakan adalah bakteri B. subtilis, E. coli, dan St. Aureus. Bakteri-bakteri ini
dioleskan pada bagian oval preparat, yang sebelumnya sudah ditandai dengan
sepidol, penandaan bagian oval ini untuk membantu meletakkan olesan mikroba dengan
tepat. Sebelum preparat dioleskan bakteri, preparat diolesi terlebih dahulu
dengan NaCl steril, tujuannya karena NaCl steril merupakan garam fisiologi dari
bakteri.
Langkah
selanjutnya adalah menggenangi olesan bakteri pada preparat tersebut dengan zat
warnakristal violet atau biru metilenselama 1-2 menit. Kemudian preparat
dimiringkan dan dibilas dengan air hinggazat warna hilang atau sedikit sekali.
Selanjutnya adalah keringkan air pada permukaan preparat dengan kertas serap
lalu amati morfologi bakteri pada masing-masing preparat di bawah mikroskop.
Selain
teknik pewarnaan sederhana, kami juga melakukan teknik pewarnaan gram, teknik
ini bertujuan untuk mengidentifikasi suatu bakteri apakah dia termasuk ke dalam
bakteri gram negatif atau bakteri gram positif. Langkah-langkah dalam pewarnaan
ini hampir sama dengan langkah pada pewarnaan sederhana yakni membuat preparat
oles dari ketiga bakteri diatas. Bedanya adalah pada beberapa reagen yang
ditambahkan. Pertama, bakteri pada preparat ditetesi kristal violet selama 1
menit. Lalu kelebihan kristal violetdibuang dengan memiringkan kaca objek dan
bilas dengan air mengalir secara perlahan. Preparat ditiriskan, lalu diberi
larutan iodium gram selama 2 menit, kelebihan iodium dibuang dengan memiringkan
kaca objek lalu dibilas dengan air seperti kristal violet. Langkah selanjutnya
adalah preparat dicuci dengan etanol 95% setetes demi setetes selama 30 detik
atau sampai zat ungu kristal tidak tampak lagi mengalir dari preparat, setelah
dirasa warna menghilang cuci perlahan lalu tiriskan. Terakhir adalah dengan
menambahkan pewarna safranin selama 30 detik pada preparat, kemudian kelebihan
safranin dibuang dan dibilas dengan air. Preparat yang masih basah ditiriskan
dan diserap dengan menekankan kertas serap disekitarnya.Amati preparat olesan
bakteri yang sudah diwarnai tersebut di bawah mikroskop.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa bahan-bahan
pereaksi yang digunakan dalam pewarnaan gram adalah :
- Zat warna utama (violet kristal)
- Mordan (larutan Iodin) yaitu senyawa yang digunakan untuk mengintensifkan warna utama.
- Pencuci / peluntur zat warna (alcohol / aseton) yaitu solven organic yang digunakan untuk melunturkan zat warna utama.
- Zat warna kedua / cat penutup (safranin) digunakan untuk mewarnai kembali sel-sel yang telah kehilangan cat utama setelah perlakuan denga alcohol.
5.1.3 Perbedaan dari bakteri
gram negatif dengan bakteri gram positif.
Seperti yang kita ketahui bakteri dibagi menjadi
bakteri gram negatif dan bakteri gram positif, pembagian atas keduanya
didasarkan pada beberapa perbedaan, berikut perbedaan bakteri gram negatif dan
bakteri gram positif :
·
Ciri-ciri
bakteri gram negative :
- Struktur dinding selnya tipis, sekitar 10-45mm,
berlapis tiga atau multi layer
- Dinding selnya mengandung lemak
lebih banyak (11-22%), peptidoglikan terdapat dalam lapisan kaku, sebelah dalam
dengan jumlah sedikit dan tidak mengandung asam laktat.
- Kurang
rentan terhadap senyawa penisilin.
- Tidak
resisten terhadap gangguan fisik
·
Ciri-ciri
bakteri gram positif :
-
Struktur
dindingnya tebal
-
Dinding
selnya mengandung lipid yang lebih normal
-
Bersifat
lebih rentan terhadap senyawa penisilin
-
Komposisi
yang dibutuhkan lebih rumit
-
Lebih
resisten terhadap gangguan fisik.
·
Perbedaan
relatif sifat bakteri gram positif dan gram negatif.
Sifat
|
Bakteri gram
positif (+)
|
Bakteri gram negatif(-)
|
Komposisi dinding sel
|
Kandungan lipid rendah (1-4%)
|
Kandungan lipid tinggi
|
Ketahanan terhadap penisilin
|
Lebih sensitif
|
Lebih tahan
|
Penghambatan oleh pewarna basa
(VK)
|
Lebih dihambat
|
Kurang dihambat
|
Kebutuhan nutrisi
|
Kebanyakan spesies relatif
kompleks
|
Relatif sederhana
|
Ketahanaa terhadap
perlakuan fisik
|
Lebih tahan
|
Kurang tahan
|
Berdasarkan
hasil pengamatan dibawah mikroskop, untuk bakteri yang termasuk gram positif
akan terlihat berwarna ungu, dimana warna ungu ini sendiri merupaka warna dari
kristal violet yang sebelumnya diteteskan, warna ini melekat dengan kuat karena
peptidoglikan dari bakteri gram positif tebal. Sedangkan untuk bakteri gram
negatif akan terlihat warna merah, dimana warna merah ini merupakan warna dari
pewarna safranin yang diteteskan terakhir kali, warna ini melekat dan warna
ungu sama sekali tidak terlihat karena peptidoglikan dari bakteri gram negatif
relatif tipis sehingga ia tidak mampu mempertahankan warna ungu layaknya
bakteri gram positif.
5.2 Morfologi Koloni dan Uji Biokimia.
5.2.1 Mahasiswa
memahami sifat
morfologi yang ditunjukkan koloni kuman.
Ada empat cara yang dilakukan untuk
mengetahui hasil dari identifikasi morfologi koloni bakteri yaitu sebagai
berikut:
1) Metode
piringan goresan dan metode piringan tuangan
Untuk memelihara bakteri dalam lempengan
(di dalam petridis) sampel bakteri diambil dengan ujung kawat yang bengkok.
Ujung yang bengkok ini kemudiaan digesekkan dengan gerakan ke kanan dan ke kiri
sampai meliputi seluruh permukaan agar-agar. Dengan demikian akan diperoleh
koloni-koloni yang mengggerombol dan koloni-koloni yang memencil. Yang terakhir
inilah yang menunjukkan sifat-sifat yang harus diperhatikan. Sifat-sifat koloni
pada agar-agar lempengan mengenai bentuk, permukaan, dan tepi. Bentuk koloni
dilukiskan sebagai titik,-titik, bulat, berbenang, tak teratur, serupa akar,
serupa kumparan. Permukaan koloni dapat datar, timbul mendatar, timbul
melengkung, timbul mencembung, timbul membukit, timbul berkawah. Tepi koloni
ada yang utuh, ada yang berombak, ada yang berbelah-belah, ada yang bergerigI,
ada yang berbenang-benang, ada yang keriting.
2) Metode
tusukan agar tegak
Metode ini dapat diperoleh dengan
menusukkan ujung kawat yang membawakan bakteri, lurus ke dalam medium melalui
tengah-tangah medium. Bakteri yang aerob akan tampak tumbuh dekat permukaan
medium. Sifat-sifat koloni tusukan dalam gelatin. Ada bakteri yang dapat
mengencerkan gelatin, ada juga bakteri yang tidak mampu mengencerkan gelatin.
Bentuk koloni serupa pedang, tasbih, bertonjol-tonjol, berjonjot, serupa
batang, serupa kawah, mangkuk, corong, pundit-pundi (Jutono, 1980). Koloni juga
dibedakan berdasarkan moril tidaknya. Bakteri dikatakan motil apabila bakteri
menyebar ke sekitar tusukan, sedangkan bakteri dikatakan nonmotil bila
pertumbuhannya hanya pada bekas tusukan.
3) Metode
agar miring goresan
Untuk membuat piaraan disitu maka ujung
kawat yang berisi bakteri digesekkan satu kali dari ujung bawah ke ujung atas
sehingga garis itu merupakan diameter memanjang dari permukaan medium. Sifat
khusus pada agar miring berkisar pada bentuk dan tepi koloni, dan sifat-sifat
itu dinyatakan dengan kata-kata seperti : berupa pedang, serupa duri, serupa
tasbih, titik-titik, batang, dan akar.
4) Metode
medium cair
Inolukasi
juga dapat dilakukan degan metode adukan. Bakteri yang digunakan untuk membuaat
piaaraaan adukan dapat diperoleh dari piaraan dalam medium cair, atau dari
suatu koloni pada medium padat. Biakan diambil dengan kawat ose kemudian
diadukkan dalam medium cair tersebut. Sifat koloni yang kelihatan akan
berbeda-beda. Permukaan medium ini dapat memprlihatkan adanya serabut, cincin,
langit-langit, atau selaput.
Menurut Pradhika (2008), koloni bakteri
memiliki ciri-ciri yang berbeda, tergantung jenisnya dan mediumnya. Ciri-ciri
tersebut adalah :
a. Pertumbuhan pada petridis.
Ukuran;
pinpoint/punctiform (titik)
-
Small (kecil)
-
Moderate (sedang)
-
Large
(besar)
v Pigmentasi
: mikroorganisme kromogenik sering memproduksi pigmen intraseluler, beberapa
jenis lain memproduksi pigmen ekstraseluler yang dapat terlarut dalam media.
v Karakteristik
optik : diamati berdasarkan jumlah cahaya yang melewati koloni.
-
Opaque
(tidak dapat ditembus cahaya)
-
Translucent (dapat ditembus cahaya sebagian)
-
Transparant (bening)
v Bentuk
:
-
Circular
-
Irregular
-
Spindle
-
Filamentous
-
Rhizoid
v Elevasi
:
-
Flat
-
Raised
-
Convex
-
Umbonate
v Permukaan
:
-
Halus mengkilap
-
Kasar
-
Berkerut
-
Kering seperti bubuk
v Margins
:
-
Entire
-
Lobate
-
Undulate
-
Serrate
-
Felamentous
-
Curled
b.
Pertumbuhan
pada Agar Miring
Ciri-ciri koloni diperoleh dengan menggoreskan jarum
inokulum tegak dan lurus pada medium.
c.
Pertumbuhan
pada Agar Tegak
Cara
penanaman adalah dengan menusukkan jarum inokulum needle ke dalam media
agar tegak.
d.
Pertumbuhan
pada Media Cair
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Jenis-jenis pewarnaan pada kuman ada
banyak macamnya, diantaranya pewarnaan negatif, pewarnaan sederhana, pewarnaan
tahan asam, pewarnaan structural / khusus, dan pewarnaan diferensial.
2. Sebelum melakukan pewarnaan bakteri,
kita harus membuat preparat oles bakteri. sebelum preparat diolesi bakteri
harus dilakukan fiksasi dulu.
3. Teknik pewarnaan sederhana adalah teknik
pewarnaan yang bertujuan untuk melihat bentuk tunggal dan berkoloni dari suatu
bakteri, sedangkan teknik pewarnaan gram bertujuan untuk mengidentifikasi
bakteri termasuk dalam gram positif atau negatif.
4. Bahan pereaksi yang digunakan dalam
pewarnaan gram adalah pewarna violet kristal, lalu iodium/lugol, kemudian alkohol
dan yang terakhir adalah pewarna safranin
5. Perbedaan antara bakteri gram positif dengan
gram negatif setelah dilakukan pewarnaan gram adalah: bakteri gram positif
memberikan warna ungu, sedangkan gram negatif memberikan warna merah dibawah
mikroskop.
6. Morfologi yang ditunjukkan koloni kuman
dapat diidentifikasi dengan metode piringan goresan, metode piringan tuangan, metode tusukan agar tegak,
metode agar miring goresan, metode medium cair
6.2 Saran
Berhatil-hatilah bekerja dengan mikroorganisme
sseperti bakteri karena bisa saja bakteri tersebut bersifat patogen. Gunakan
selalu sarung tangan dan masker untuk menghindari kontak kulit langsung dengan
bakteri. Kemudian setelah pekerjaan selesai jangan lupa untuk mencuci tangan
dengan sabun lalu dengan antiseptik untu meminimalisir jumlah kuman yang
menempel di tangan kita.
Dwidjoseputro. 1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta:
Djambatan.
Hadioetomo,
Ratna Siri.1990.Mikrobiologi dalam
Praktek. Jakarta: Gramedia.
Lay,
Bibiana.1994.Analisis Mikroba di
Laboratorium.Jakarta : Rajawali
Sutedjo,
Mul Mulyani.1991. Mikrobiologi Tanah.Jakarta
: Rineka Cipta
Volk, W.
A. dan Wheeler, M. F. 1993. Mikrobiologi
Dasar Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Waluyo,Lud.2004.Mikrobiologi Umum. Malang: UMM Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar